OPINI Menimbang Pilihan Separatis, Lima Tahun Lagi Kalimantan Merdeka Oleh : Guntur Pribadi |
KabarIndonesia
- GERAKAN separatis di negeri ini bak bom waktu yang sewaktu-waktu
dapat meledak. Sinyal gerakan makar yang belakangan ini membahana
sebenarnya bukanlah baru. Gejolak aktivitas pemisahan wilayah dari
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sudah ada sejak kemerdekaan
diproklamirkan. Bahkan gerakannya kian meningkat sejak tahun 1950-an. Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Republik Maluku Selatan (RMS), gerakan Papua Merdeka, adalah sebagian aktivitas separatis yang hingga kini masih menjadi momok bagi NKRI. Dan itu hanya sebagian kegiatan ‘perlawanan’ daerah yang tampak terekspose. Belum lagi isu beberapa daerah yang lain di negeri ini yang juga tampak berkeinginan mengibarkan ‘bendera merdeka’. Keinginan memisahkan diri beberapa wilayah di negeri ini tampaknya tidak lagi bergerak di bawah tanah. Seperti yang terjadi, belum lama ini, pengibaran bendera Bintang Kejora dihadapan Presiden Bambang Yudhoyono di Ambon dalam tarian adat Maluku menunjukan bahwa gerakan pemisahan diri telah berani ‘unjuk gigi’. Gerakan separatis yang terjadi beberapa wilayah di negeri ini memang tidak dapat dihindari begitu saja. Indonesia dengan realitas masyarakatnya yang plural serta heterogenitas suku bangsa, adat istiadat, bahasa, keyakinan, dan keanekaan identitas lainnya, adalah sesuatu yang memang berbeda. Apalagi memperhatikan tingkat kesenjangan sosial-ekonomi antara pusat dan daerah masih sangat jauh dari keadilan. Maka tidaklah mengherankan upaya separatis atau memisahkan wilayah dari NKRI oleh sebagian kelompok atau golongan menjadi pilihan. Kalimantan MerdekaBeberapa sinyal adanya bentuk perlawanan daerah terhadap pemerintah pusat juga terjadi (meski malu-malu) di Kalimantan Timur (Kaltim). Tidak saja karena soal upaya pencabutan Dana Alokasi Umum (DAU) oleh pemerintah pusat yang menjadi pemicunya. Tetapi juga menyangkut masih tertinggalnya pembangunan dan kesejahteraan masyarakat Kaltim dipelbagai sektor. Kendati perlawanan yang didengungkan hanya sebatas teriakan wacana otonomi khusus (otsus). Bukan tidak menutup kemungkinan, tuntutan dapat lebih meluas mengarah pada gerakan Kaltim merdeka. Adalah menarik jika diamati analisa Hendopriyono, dalam diskusi polemik: Mengungkap Eksistensi Separatisme di Menara Kebon Sirih, Jl Kebon Sirih, Jakarta, belum lama ini, yang meyakini, bahwa gerakan seperatisme di Indonesia akan kian bertambah luas. Dikatakannya, gerakan separatisme di negeri ini sudah mulai terlihat di Papua, Maluku, Kalimantan, dan Aceh sejak pertengahan tahun 1980-an. Bahkan mantan Kepala Badan Intelijen Negera (BIN), itu, secara tegas pula menandaskan, Kalimantan sendiri dalam kurun lima tahun mendatang akan memisahkan diri dari NKRI. Analisa Hendropriyono yang tampak mengejutkan itu memang bukan tidak mungkin terjadi. Apalagi Kalimantan yang terkenal melimpah SDA-nya, namun kontras dengan realitas pembangunan dan kesejahteraan masyarakatnya yang masih banyak tertinggal disegala sektor, sangat memungkinkan terjadinya pengibaran ‘bendera merdeka’ dan perlawanan Kalimantan terhadap pusat. Mungkin kita masih ingat ketika awal reformasi, Kaltim pun pernah mendengungkan wacana negara federasi. Sebuah sistem negara bagian yang banyak dianut negara-negara tetangga Indonesia, seperti Malaysia. Sistem itu juga diterapkan di negara bagian Amerika Serikat dan hasilnya cukup bagus. Namun wacana negara federasi itu kemudian tenggelam seiring berjalannya kebijakan otonomi daerah oleh pusat. Koreksi untuk Pemerintah PusatMelihat geliat separatis seperti yang terjadi di Papua, Ambon ataupun di beberapa daerah lainnya di Indonesia bagian Timur tidaklah cukup dengan pendekatan persuasif ataupun konsensus nasionalisme. Pemerintah pusat harus lebih terbuka dan bijak melihat aspek kesejahteraan di daerah-daerah yang kaya dengan Sumber Daya Alamnya (SDA). Pincangnya program pembangunan nasional, khususnya di wilayah bagian timur Indonesia, termasuk di Kaltim, itulah yang seharusnya segera dibenahi pemerintah. Hal ini pula yang mendorong guncangan integrasi nasional di negeri ini. Samuel Philips Huntington pernah meramalkan, Indonesia bisa menjadi negara pecah seperti yang pernah dialami Uni Soviet dan Yugoslavia. Dikatakannya, dua negera itu telah terberai karena kegagalan mengelola integrasi nasionalnya. Pandangan Huntington tersebut mungkin tidak terlalu berlebihan. Pemerintah memang sudah seharusnya menata konsep integrasi nasional. Tidaklah cukup jika integrasi nasional dimaknai sebagai kesatuan wilayah atau komunitas secara nasional yang terikat dengan prinsip-prinsip persatuan bangsa dan negara. Tapi yang juga harus diperhatikan oleh pemerintah pusat adalah pemerataan secara adil kekayaan negara, termasuk menyangkut kebijakan politik, ekonomi, sosial, pendidikan, dan pertahanan keamanan negera. Kita bisa melihat, betapa Papua, Kalimantan, Aceh, serta beberapa daerah timur lainnya yang melimpah SDA-nya masih tertinggal pembangunan dan kesejahteraan masyarakatnya. Kebijakan pemerintah pusat yang dinilai kurang maksimal dalam menampung aspirasi daerah memang kerap menimbulkan kerawanan terhadap integrasi nasional. Bukan rahasia lagi, jika aksi protes daerah seperti, pengibaran bendera Bintang Kejora di Papua, tuntutan otsus di Kaltim, serta beberapa daerah lainnya yang memiliki selera tuntutan yang sama, dikarenakan keputusan politik pusat yang masih berbau sentralisme. Di sinilah pemerintah pusat seharusnya bisa lebih berbenah dan mengoreksi kebijakannya. Sebab gejolak separatisme yang terjadi di negeri ini sebenarnya bukanlah pilihan atau gerakan untuk ‘melawan’ pusat dan anti NKRI. Tetapi munculnya aksi suara hendak merdeka itu dikarenakan ketimpangan kebijakan pusat serta distribusi ‘kue’ pembangunan yang tidak adil terhadap daerah-daerah kaya, termasuk Kaltim. Penulis: Peminat Wacana Otonomi Khusus di Kaltim, tinggal di Kutai Kartanegara. Email: gu2n_kutai@yahoo.com Blog: http://www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.com Email: redaksi@kabarindonesia.com Big News Today..!!! Let's see here www.kabarindonesia.com |
Bookmarks
Archive
-
▼
2014
(61)
- ► 09/07 - 09/14 (10)
- ► 08/31 - 09/07 (1)
- ► 08/24 - 08/31 (4)
- ► 07/27 - 08/03 (8)
-
▼
06/29 - 07/06
(37)
- Mantan Gerilyawan GAM Asal Papua
- Daftar Nama Artis yang Biasa di Booking Oleh Pengu...
- Benarkah model panas bisa dibooking ?
- Satu Anggota Separatis Borneo Merdeka Berhasil Dit...
- Kalimantan Borneo Liberation Front (Gerakan Borneo...
- Menimbang Pilihan Separatis, Lima Tahun Lagi Kalim...
- Borneo Ingin Merdeka!
- Raider TNI Serbu Gerakan Borneo Merdeka di Singkaw...
- Arti nama Borneo
- Tokoh Gereja Papua Dukung Berdirinya Kantor OPM di...
- Kabupaten Yalimo Papua Kunker Ke Banyuwangi, Terta...
- Simpanan Pejabat Miliki Ciri-ciri Khusus
- Seluruh Anggota DPR Papua Barat jadi Tersangka Kor...
- Polisi Dianiaya Anggota DPRD Papua
- Layanan Publik Masyarakat Yalimo Papua
- Lagi, Bangunan Empat Polsek Yalimo Ditolak
- Mahasiswa Yalimo Tolak Rencana Pembangunan 4 Polse...
- Kepribadian wanita berdasarkan cara duduk nya.
- Website resmi Ikatan Pelajar Dan Mahasiswa Yalimo ...
- Pelayanan Umum Kabupaten Yalimo Papua
- Sejarah Kabupaten Yalimo Papua
- Lambang Daerah Kabupaten Yalimo Papua
- Suebu: Pemekaran Dapat Menjawab Ketertinggalan Mas...
- Gubernur Serahkan DPA Tahun 2014
- Informasi Layanan dan Pengaduan Masyarakat Yalimo
- Informasi Layanan Masyarakat Indonesia
- Informasi Layanan Masyarakat Dunia
- Lapangan Terbang Yalimo
- Kegiatan Pemda Kabupaten Yalimo
- Kegiatan Bupati Yalimo
- Perjalanan ke Yalimo
- Studi Banding ke Bogor
- Pemerintah Kabupaten Yalimo
- Peta Yalimo dan Peta Geologi Yalimo
- Visi dan Misi
- Tentang Yalimo Papua
- Acara Televisi paling buruk saat ini di indonesia
- ► 06/22 - 06/29 (1)
Categories
- Agama
- All About Cewek
- All About Sex
- Artikel
- Ayam Kampus
- Bar Bir Bor
- barbirbor
- Beasiswa
- Beauty
- Berita
- Bisnis
- Bukti dan Saksi
- Bupati Yalimo
- Cewek Binal
- Cewek Bisbok
- Cewek Bispa
- Cewek Bispak
- Cewek Bisyar
- Cewek Bokingan
- Demo Mahasiswa Papua
- Editorial
- Ekonomi
- Fakta
- Family
- FAMKP
- Fashion
- Friends & Relationship
- Gaya Hidup
- Gereja
- Heart of Papua
- Hiburan
- HIV/AIDS
- Hot News
- Hukum Dan Ham
- ikb-pmyp
- Informasi
- Internasional
- Kabupaten Yalimo
- Kabupaten Yalimo Papua
- KBK Papua
- Komunitas Blogger Koteka Papua
- Lambang dan Logo
- Layanan Publik
- Lifestyle
- Lingkungan
- Mahasiswi Bayaran
- Mahasiswi Binal
- Mahasiswi Bispak
- Mahasiswi Bisyar
- Mahasiswi Bokingan
- Mahasiswi Hot
- Mahasiswi Nakal
- Mahasiswi Pelacur
- Mahasiswi Simpanan
- Mahssiswa Yalimo
- Masyarakat Yalimo
- Mitos
- Nasional
- Opini
- Organisasi
- Pariwisata
- Pelajar dan Mahasiswa Yalimo
- Pemberitahuan
- Pemerintah
- Pemerintah Kabupaten Yalimo
- Pemodokan
- Pendidikan
- Peta Wilayah
- Politik
- Psikologi
- Sejarah
- Suara Mahasiswa Papua
- Tentang Yalimo
- Undangan
- Unik Dan Aneh
- Visi dan Misi
- Wakil Bupati Yalimo
- Wanita Nakal Bokingan
Recent Post
Welcome
|- IKB-PMYP -| » Ikatan Keluarga Besar Pelajar Dan Mahasiswa Yalimo Papua Koordinator Kota Malang - Ini adalah layanan online catan harian kami. Termasuk juga aktifitas yang sering dilakukan oleh orang orang yang berada di internet dan selalu berubah setiap saat. Silahkan tinggalkan pesan, kritik, saran dan komentar dari anda yang sangat kami harapkan.
" Ninebe, Ninindi, Ninagla Misik Wilil Yalimo Yabuk Sukuk "
rightcolbanner
Rabu, 02 Juli 2014
Menimbang Pilihan Separatis, Lima Tahun Lagi Kalimantan Merdeka
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Rabu, 02 Juli 2014
Menimbang Pilihan Separatis, Lima Tahun Lagi Kalimantan Merdeka
Published :
09.03
Author :
MELANESIA POST
OPINI Menimbang Pilihan Separatis, Lima Tahun Lagi Kalimantan Merdeka Oleh : Guntur Pribadi |
KabarIndonesia
- GERAKAN separatis di negeri ini bak bom waktu yang sewaktu-waktu
dapat meledak. Sinyal gerakan makar yang belakangan ini membahana
sebenarnya bukanlah baru. Gejolak aktivitas pemisahan wilayah dari
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sudah ada sejak kemerdekaan
diproklamirkan. Bahkan gerakannya kian meningkat sejak tahun 1950-an. Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Republik Maluku Selatan (RMS), gerakan Papua Merdeka, adalah sebagian aktivitas separatis yang hingga kini masih menjadi momok bagi NKRI. Dan itu hanya sebagian kegiatan ‘perlawanan’ daerah yang tampak terekspose. Belum lagi isu beberapa daerah yang lain di negeri ini yang juga tampak berkeinginan mengibarkan ‘bendera merdeka’. Keinginan memisahkan diri beberapa wilayah di negeri ini tampaknya tidak lagi bergerak di bawah tanah. Seperti yang terjadi, belum lama ini, pengibaran bendera Bintang Kejora dihadapan Presiden Bambang Yudhoyono di Ambon dalam tarian adat Maluku menunjukan bahwa gerakan pemisahan diri telah berani ‘unjuk gigi’. Gerakan separatis yang terjadi beberapa wilayah di negeri ini memang tidak dapat dihindari begitu saja. Indonesia dengan realitas masyarakatnya yang plural serta heterogenitas suku bangsa, adat istiadat, bahasa, keyakinan, dan keanekaan identitas lainnya, adalah sesuatu yang memang berbeda. Apalagi memperhatikan tingkat kesenjangan sosial-ekonomi antara pusat dan daerah masih sangat jauh dari keadilan. Maka tidaklah mengherankan upaya separatis atau memisahkan wilayah dari NKRI oleh sebagian kelompok atau golongan menjadi pilihan. Kalimantan MerdekaBeberapa sinyal adanya bentuk perlawanan daerah terhadap pemerintah pusat juga terjadi (meski malu-malu) di Kalimantan Timur (Kaltim). Tidak saja karena soal upaya pencabutan Dana Alokasi Umum (DAU) oleh pemerintah pusat yang menjadi pemicunya. Tetapi juga menyangkut masih tertinggalnya pembangunan dan kesejahteraan masyarakat Kaltim dipelbagai sektor. Kendati perlawanan yang didengungkan hanya sebatas teriakan wacana otonomi khusus (otsus). Bukan tidak menutup kemungkinan, tuntutan dapat lebih meluas mengarah pada gerakan Kaltim merdeka. Adalah menarik jika diamati analisa Hendopriyono, dalam diskusi polemik: Mengungkap Eksistensi Separatisme di Menara Kebon Sirih, Jl Kebon Sirih, Jakarta, belum lama ini, yang meyakini, bahwa gerakan seperatisme di Indonesia akan kian bertambah luas. Dikatakannya, gerakan separatisme di negeri ini sudah mulai terlihat di Papua, Maluku, Kalimantan, dan Aceh sejak pertengahan tahun 1980-an. Bahkan mantan Kepala Badan Intelijen Negera (BIN), itu, secara tegas pula menandaskan, Kalimantan sendiri dalam kurun lima tahun mendatang akan memisahkan diri dari NKRI. Analisa Hendropriyono yang tampak mengejutkan itu memang bukan tidak mungkin terjadi. Apalagi Kalimantan yang terkenal melimpah SDA-nya, namun kontras dengan realitas pembangunan dan kesejahteraan masyarakatnya yang masih banyak tertinggal disegala sektor, sangat memungkinkan terjadinya pengibaran ‘bendera merdeka’ dan perlawanan Kalimantan terhadap pusat. Mungkin kita masih ingat ketika awal reformasi, Kaltim pun pernah mendengungkan wacana negara federasi. Sebuah sistem negara bagian yang banyak dianut negara-negara tetangga Indonesia, seperti Malaysia. Sistem itu juga diterapkan di negara bagian Amerika Serikat dan hasilnya cukup bagus. Namun wacana negara federasi itu kemudian tenggelam seiring berjalannya kebijakan otonomi daerah oleh pusat. Koreksi untuk Pemerintah PusatMelihat geliat separatis seperti yang terjadi di Papua, Ambon ataupun di beberapa daerah lainnya di Indonesia bagian Timur tidaklah cukup dengan pendekatan persuasif ataupun konsensus nasionalisme. Pemerintah pusat harus lebih terbuka dan bijak melihat aspek kesejahteraan di daerah-daerah yang kaya dengan Sumber Daya Alamnya (SDA). Pincangnya program pembangunan nasional, khususnya di wilayah bagian timur Indonesia, termasuk di Kaltim, itulah yang seharusnya segera dibenahi pemerintah. Hal ini pula yang mendorong guncangan integrasi nasional di negeri ini. Samuel Philips Huntington pernah meramalkan, Indonesia bisa menjadi negara pecah seperti yang pernah dialami Uni Soviet dan Yugoslavia. Dikatakannya, dua negera itu telah terberai karena kegagalan mengelola integrasi nasionalnya. Pandangan Huntington tersebut mungkin tidak terlalu berlebihan. Pemerintah memang sudah seharusnya menata konsep integrasi nasional. Tidaklah cukup jika integrasi nasional dimaknai sebagai kesatuan wilayah atau komunitas secara nasional yang terikat dengan prinsip-prinsip persatuan bangsa dan negara. Tapi yang juga harus diperhatikan oleh pemerintah pusat adalah pemerataan secara adil kekayaan negara, termasuk menyangkut kebijakan politik, ekonomi, sosial, pendidikan, dan pertahanan keamanan negera. Kita bisa melihat, betapa Papua, Kalimantan, Aceh, serta beberapa daerah timur lainnya yang melimpah SDA-nya masih tertinggal pembangunan dan kesejahteraan masyarakatnya. Kebijakan pemerintah pusat yang dinilai kurang maksimal dalam menampung aspirasi daerah memang kerap menimbulkan kerawanan terhadap integrasi nasional. Bukan rahasia lagi, jika aksi protes daerah seperti, pengibaran bendera Bintang Kejora di Papua, tuntutan otsus di Kaltim, serta beberapa daerah lainnya yang memiliki selera tuntutan yang sama, dikarenakan keputusan politik pusat yang masih berbau sentralisme. Di sinilah pemerintah pusat seharusnya bisa lebih berbenah dan mengoreksi kebijakannya. Sebab gejolak separatisme yang terjadi di negeri ini sebenarnya bukanlah pilihan atau gerakan untuk ‘melawan’ pusat dan anti NKRI. Tetapi munculnya aksi suara hendak merdeka itu dikarenakan ketimpangan kebijakan pusat serta distribusi ‘kue’ pembangunan yang tidak adil terhadap daerah-daerah kaya, termasuk Kaltim. Penulis: Peminat Wacana Otonomi Khusus di Kaltim, tinggal di Kutai Kartanegara. Email: gu2n_kutai@yahoo.com Blog: http://www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.com Email: redaksi@kabarindonesia.com Big News Today..!!! Let's see here www.kabarindonesia.com |
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
The Voice of Papuan Students Alliance
Link Mitra
Labels
- Agama
- All About Cewek
- All About Sex
- Artikel
- Ayam Kampus
- Bar Bir Bor
- barbirbor
- Beasiswa
- Beauty
- Berita
- Bisnis
- Bukti dan Saksi
- Bupati Yalimo
- Cewek Binal
- Cewek Bisbok
- Cewek Bispa
- Cewek Bispak
- Cewek Bisyar
- Cewek Bokingan
- Demo Mahasiswa Papua
- Editorial
- Ekonomi
- Fakta
- Family
- FAMKP
- Fashion
- Friends & Relationship
- Gaya Hidup
- Gereja
- Heart of Papua
- Hiburan
- HIV/AIDS
- Hot News
- Hukum Dan Ham
- ikb-pmyp
- Informasi
- Internasional
- Kabupaten Yalimo
- Kabupaten Yalimo Papua
- KBK Papua
- Komunitas Blogger Koteka Papua
- Lambang dan Logo
- Layanan Publik
- Lifestyle
- Lingkungan
- Mahasiswi Bayaran
- Mahasiswi Binal
- Mahasiswi Bispak
- Mahasiswi Bisyar
- Mahasiswi Bokingan
- Mahasiswi Hot
- Mahasiswi Nakal
- Mahasiswi Pelacur
- Mahasiswi Simpanan
- Mahssiswa Yalimo
- Masyarakat Yalimo
- Mitos
- Nasional
- Opini
- Organisasi
- Pariwisata
- Pelajar dan Mahasiswa Yalimo
- Pemberitahuan
- Pemerintah
- Pemerintah Kabupaten Yalimo
- Pemodokan
- Pendidikan
- Peta Wilayah
- Politik
- Psikologi
- Sejarah
- Suara Mahasiswa Papua
- Tentang Yalimo
- Undangan
- Unik Dan Aneh
- Visi dan Misi
- Wakil Bupati Yalimo
- Wanita Nakal Bokingan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar